Jumat, 01 November 2013

amarah

Diposting oleh Unknown di 09.59 0 komentar
Ketika semua amarah berkecambuk. Mendedam. Hanya tangis berulang yang tertumpahkan. Merasa amat terhina sebagai bagian orang yang tak lolos seleksi dalam sebuah kompetisi. Terlalu pahit rasanya menjadi bagian terpencil. Terkucilkan. Segalanya terasa sakit. Dan ternyata dibalik itu semua tak bersalah hanya terjadi sedikit kesalahpahaman. Lalu, muncullah yang tak tahu menahu seakan patuh pada peraturan tidak resmi berupa pesan singkat, hingga lembaran dengan tinta hitam yang kuat kuasanya tidak memiliki kuasanya lagi.

Ketika semua pembelaan tak ada guna hanya bisa Terpojok di sudut amarah yang terpendam, dan pecahlah segalanya. Tangisan penuh amarah dengan kata – kata kasar terlontar tak terkontrol. Lucu rasanya, merasa bodoh sekali meneteskan buliran demi buliran seakan memelas untuk dikasihani. Tidak. Untuk apa dikasihani bila semuanya benar dan tak bersalah. Bukti apalagi yang patut diberikan sebagai syarat masuk yang hanya sekejap saja itu (?)

Ketika waktu berlalu begitu cepat. Jarum detik berputar mengitari angka – angka itu,  semakin lama semakin menyudutkan, terbuang sudah. Terlewatkan sudah, hanya membuat merasa semakin terdesak. Tak ada kata yang pantas di dengar, maaf pun mungkin tak cukup untuk segala rasa ini. Tak ingin menjadi munafik dan menampik bahwa itu merupakan kesalahan kecil. Hanya saja menjadikan kambing hitam orang lain menjadi sangat tak pantas terucap. Tak mudah untuk melupakan segala kata yang terucap seperti kata sebuah pepatah “mulutmu harimaumu”. Tak mudah pula melupakan tulang – tulang keras dengan tekanan – tekanan kata yang terdengar. Hingga umpatan – umpatan hati tak terarah tergumam dalam setiap doa. Hidup memang pelik, keras dan kejam. Harusnya kuat menjalani ini semua meski harus menguatkan diri yang terlalu rapuh. Mungkin (tak) mampu. Yaaa harus mampu.

 

The Story Begins Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea