Ini merupakan ceritaku beberapa
hari lalu saat akan menuju Bogor Treat Mall (BTM) besama winy teman sekamarku
untuk membeli hadiah ulang tahun untuk novita teman sekamarku satu lagi.
Perjalanan hari itu terasa sekali lelahnya. Hari yang panas, sesak dan macet,
apalagi hari itu aku sedang berpuasa Arafah karena keesokan harinya adalah hari
Raya Idul Adha. Dalam perjalanan dari asrama kami naik angkot kampus dalam yang
setiap menit selalu ada tanpa harus menunggu. Maka dari itulah kota perantauanku
ini disebut kota sejuta angkot. Saat perjalanan menuju laladon tersebut
macetnya astagfirullah banget.
banyak hal kecil yang menarik
perhatianku seperti topeng monyet di pinggir jalan dengan mengenakan atribut
lengkapnya. Topeng monyet itu di dandani semenarik mungkin agar orang yang
melihatnya memebrikan sedikit uang receh orang yang lewat. Topeng monyet itu
bukan yang pertama yang aku lihat akhir – akhir ini. Terasa miris sekali
melihat monyet yang dipekerjakan seperti itu. padahal pawangnya sendiri masih
muda sekali, masih sanggup untuk bekerja keras yang lebih baik daripada
mengeksploitasi hewan.
Selanjutnya saat melewati stasiun bogor di pinggir rel kereta aku
melihat seorang lelaki yang cacat tubuhnya duduk disana. Keterbatasan fisik
yang membuatnya melakukan itu, mengaharap belas kasihan orang, mungkin jika dia
diberi tubuh yang sempurna ia takkan melakukannya. Terkadang aku berfikir
kenapa banyak orang seperti itu yang berada di jalanan. Apa mereka hidup
sebatang kara tak mempunyai keluarga? Mereka tak mungkin ada begitu saja,
mereka pasti memiliki orang yang melahirkannya.
Setelah cukup lama berada dalam angkot dengan melewati kemacetan
akhirnya sampai juga di laladon. Tujuan aku dan winy adalah BTM, angkot 02,
angkot selanjutnya yang harus kami naiki. Disana aku melihat lagi sisi
kehidupan lainnya. Setelah menyeberang jalan ada dua angkot 02 bersebelahan
sedang mencari penumpang. Salah satu angkot masih kosong tanpa penumpang dan
yang satu lagi sudah ada beberapa penumpang. Kegalauan menyelimuti diri kami,
tapi akhirnya kami memilih angkot yang sudah ada penumpangnya. Tak lama datang
penumpang lain yang juga naik angkot itu. tetapi angkot yang kosong itu masih
saja kosong. Ada persaaan iba dalam diriku, ingin rasanya aku turun dan menaiki
angkot kosong itu tapi apa daya aku juga ingin lekas sampai di tempat yang aku
tuju. Saat angkot yang aku naiki mulai melaju, angkot yang kosong itu akhirnya
terisi oleh seorang kakek tua. Dari kejauhan aku masih memperhatikan angkot
itu. melihat sopir angkot yang umurnya mungkin sma dengan umur bapak membuatku
merasa rindu sekali sama bapak. Aku gak bisa bayangkan kalo sopir angkot itu
bapak. Betapa besar pengorbanan bapak selama ini mecari nafkah untuk aku sama
mama. Karena bapak juga aku bisa mengenyam pendidikan tinggi. Aku berjanji akan
membahagiakan bapak sama mama. Aku akan menjadi anak terbaik mereka.
Selama beberapa jam aku dan winny mengitari BTM dengan mata mencari –
cari hadiah yang pas untuk pipit. Lantai satu, dua, tiga dan akhirnya kami
menemukan sebuah boneka sapi yang lucu sekali.